PERJUANGAN HIDUP

Demikianlah yang dialami oleh seorang anak yang bernama Ahmad, diusianya yang masih tergolong belia dia terpaksa harus bekerja keras membantu orang tuanya di kebun, seorang Ahmad jauh beda dengan anak –anak seusianya, ketika teman-temannya sibuk bermain tanpa ada beban dia seakan tiada punya waktu baginya untuk bermain. Ahmad dilahirkan di desa yang sangat jauh dari kota, keluarganya termasuk keluarga yang sangat miskin, dengan jumlah saudara yang lumayan banyak yaitu enam orang.
Ketika usianya semakin bertambah dan mencapai umur enam tahun keinginan untuk sekolah pun muncul, dengan sangat berat dia meminta izin kepada kedua orang tuanya supaya disekolahkan, karena keinginannya sangat besar maka orang tuanya pun mengiakan.
Orang tua Ahmad menjadi bingung mengingat anaknya harus sekolah dan jarak antara rumah dengan sekolah sangatlah jauh, ditempuh dengan berjalan kaki, bukan hanya itu dia harus naik turun gunung untuk sampai di sekolah, sementara Ahmad masih sangat kecil untuk menempuh jarak yang berkisar sekitar 5 km.
Keinginan yang melekat kuat dalam jiwa anak itu, tidak membuat jarak yang jauh, gunung yang tinggi, sebagai halangan untuk mengejar cita-citanya sebagai seorang guru.
Di pagi yang buta Ahmad mulai meninggalkan rumahnya, dalam keadaan belum mandi karena kebiasaannya mandi dalam perjalanan ke sekolah dimana dia melewati sungai, pakaiannya tidak terawat, bisa dikatakan selama sekolah tidak pernah memakai sisir.
Pengalaman bagi Ahmad yang paling berkesan ketika musim hujan, dimana air sungai meluap hingga terjadi banjir, terpaksa harus menunggu beberapa menit hingga air menjadi surut sehingga terkadang
kelas enam SD kembali Ahmad merasa khawatir mengingat apakah bisa lanjut sekolah atau sudah cukup sampai SD saja, apalagi setelah melihat banyak teman sekelasnya menceritakan dirinya tidak lagi mau melanjutkan sekolahnya ke SMP disebabkan pembayaran SPP yang pada waktu itu tergolong mahal bagi orang yang hidupnya pas-pasan.. kembali Ahmad memikirkan cita-cita yang sudah lama terpendam.Kerisauan dan harapan untuk mencapai cita-cita senantiasa terpampang dihadapannya, ingin rasanya dia menceritakan apa yang dirarasakannya kepada orang tuanya, akan tetapi ketika melihat keadaan ekonomi keluarganya yang tak mampu keinginan itu tinggal keinginan seperti peribahasa mengatakan”ingin memeluk gunung apa daya tangan tak sampai”.
Walaupun orang tua Ahmad termasuk bukan orang yang berpendidikan akan tetapi sebenarnya ingin melihat anak menjadi sukses, ini terbukti ketika orang tuanya mengatakan kepadanya” wahai anakku,.penderitaan hidup yang kami alami cukup menimpa kami semoga kamu menjadi orang yang sukses”.Keinginan Ahmad untuk melanjutkan pendidikan di SMP mendapat respon yang positif dari kedua orang tuanya, agar Ahmad dapat mudah pergi ke sekolah Orang tuanya memutuskan untuk pindah rumah ke kampong tetangga.
Sekolah di SMP bagi Ahmad bukanlah suatu hal yang mudah, disamping jarak yang sangat jauh juga tidak ada kendaraan yang bisa dipakai, jangankan mau beli sepeda atau motor, uang untuk jajan di sekolah saja tidak ada, bisa dibilang selama menjadi siswa di SMP itu,Ahmad tidak pernah bawa uang ke sekolah. Dan yang paling menyedihkan ketika jam istirahat dimana semua teman-temannya pergi belanja, sementara ia tinggal seorang diri di dalam kelas.. karena jarak sekolah dengan rumah sangat jauh, maka Ahmad harus berangkat pagi-pagi sesudah subuh dengan berjalan kaki dan Alhamdulillah dia tidak pernah terlambat, Ahmad melakukan itu selama kurang lebih tiga tahun lamanya. Yang paling dirasakan Ahmad ketika sekolah di SMP adalah ketika mau pulang kerumah dalam keadaan lapar yang amat sangat ditambah dengan panasnya berjalan di pinggir pantai kebetulan sekolahnya dekat pantai, tidak juga bawa uang, hampir keadaan seperti ini ia rasakan setiap hari.
Setelah berjalan + 3 tahun, kekhawatiran dan rasa sedih datang silih berganti, mengingat sebentar lagi dia akan meninggalkan SMP, mampukah ia untuk melanjutkan sekolah sampai SMA? Dalam sholatnya dia selalu berdoa dan memohon pertolongan Allah SWT agar cita-citanya terkabul dan melanjutkan sekolah di SMA. Ketika ada pengumuman tentang kelulusan, semua temannya sangat berbahagia mereka saling bertanya dimana lanjut sekolahnya? Ada yang mengatakan di SMA, SMK, ALIYAH. Sementara temannya dalam keadaan berbahagia, Ahmad sendiri tidak bisa merasakan kebahagiaan itu, yang ada dalam benaknya adalah masih bisakah saya untuk lanjut atau sampai diSMP saja?
Setelah ada pengumuman kelulusan dan ternyata dia berhasil lulus dengan hasil yang sangat memuaskan. Dia sangat berharap agar kembali dapat bersekolah di SMA ,namun ketika orang tuanya ditanya ternyata tidak sanggup lagi menyekolahkan anaknya itu, akhirnya Ahmad memutuskan agar berhenti sekolah saja, dan membantu orang tuanya di kebun.
Pikiran untuk melanjutkan sekolahnya di SMA kini tak lagi pernah terlintas dipikirannya, yang dipikirkan setiap hari adalah bagaimana caranya membantu orang tuanya berkebun? Karena kemauan yang keras dalam dirinya untuk bersekolah dan senantiasa berdoa kepada yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui, tiba-tiba datang rezeki dari Allah yang tidak pernah diduga sebelumnya, Paman Ahmad yang seorang Guru pada waktu itu dan belum punya istri datang kerumahnya dan menawarkan kepada orang tuanya untuk tinggal bersamanya dan yang paling membahagiakan adalah pada saat Pamannya itu berjanji untuk menyekolahkan Ahmad di SMA, bukan hanya itu Ahmad juga akan dijanji untuk dikuliahkan, tentu saja ini adalah kabar yang sangat menggembirakan.
Kembali Ahmad melanjutkan sekolahnya di SMA dan tinggal bersama Pamannya, ini adalah awal dia berpisah dengan orang tuanya, walaupun sangat berat namun karena keinginan bersekolah lebih besar maka tidak menjadikan itu sebagai halangan. tak terasa waktu berlalu sekitar +3 tahun Ahmad tidak lama lagi akan meninggalkan SMA dan akan kuliyah.
Apakah pamannya masih ingat janjinya untuk membiaya kuliahnya? ternyata dia sudah lupa, apalagi Pamannya sekarang sudah punya istri harus minta izin dulu sama istrinya untuk biaya kuliyahnya Ahmad. setelah istrinya ditanya ternyata dia tak sanggup untuk membayar biaya kuliah, dan meminta agar Ahmad dikembalikan saja ke orang tuanya. dengan sangat sedih Ahmad kembali ke rumah orang tuanya.
Rezeki tak pernah putus – putusnya datang, dalam kesedihannya tiba-tiba ada seseorang bertamu kerumah Ahmad dan menyatakan bahwa “saya ingin agar ada orang di kampung kita ini yang mau untuk kuliyah khusus jurusan syari’ah kemudian pulang kekampungnya dan mengajarkan ilmu syari’ah kepada masyarakat” orang itu akan membantu seluruh biaya kuliahnya, setelah dicari orang untuk di kuliahkan ternyata di kampung itu hanya Ahmad yang berpendidikan SMA satu-satunya tak ada yang lain. setelah ditanya Ahmad pun dengan senang hati menerima tawaran itu.
Kini Ahmad telah menyelesaiakan kuliahnya dengan mendapat gelar Shi, setelah bersusah payah menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di Makassar, kemudian dia pulang sebagaimana perjanjian awal harus mengajarkan ilmunya pada masyarakat, jadilah ia orang yang terpandang dan merupakan tokoh dalam masyarakat itu.

( di tulis oleh Muh. Aras Gaffar, Mahasiswa Peradilan Agama STIS AL AZHAR MAKASSAR)

0 komentar:

Posting Komentar